Ore no Ie ni Nazeka Gakuen no Megami-sama ga Iribitatte Iru ken Chapter 23 Bahasa Indonesia.

 



CHAPTER 23

 

Setelah perjalananku di pagi hari yang tidak biasa, yakni bersepeda ke sekolah dengan seorang gadis cantik. Aku dan Wakamiya akhirnya sampai di depan kelas. Terlihat koridor dipenuhi oleh para siswa. 

Diantara mereka ada yang sedang asyik mengobrol satu sama lain, ada yang belajar untuk ujian kosa kata, ada yang sedang tidur dengan menempelkan wajahnya di atas meja dan lain sebagainya.

Sementara itu, Si Dewi ini menarik banyak perhatian dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Tatapan mereka yang biasanya ramah, hari ini berubah menjadi tatapan yang penuh dengan perasaan cemburu dan dengki. 

Tatapan mereka itu justru mengarah kepadaku. Selain itu mereka juga terlihat marah.

Aku tahu penyebab kenapa mereka marah. Selain itu aku juga sudah menemukan solusi yang tepat untuk mengatasinya..

Ya benar, solusi yang terbaik adalah dengan menjauh dari Wakamiya. Namun, cara itu sudah tidak berguna karena sudah jelas dia tidak mau hal itu terjadi. 

Jika hari ini aku mencoba menyelesaikan semua kesalahpahaman ini dengan cara yang sama seperti yang kulakukan sebelumnya, si Dewi itu pasti akan mencegahnya. Lalu, dia akan mengeksekusiku didepan umum sesuai dengan ancamannya kemarin. Sungguh menakutkan jika hal itu sampai terjadi.

" Tokiwagi-san, ada apa ? "

" Tidak, tidak ada apa-apa. hanya saja..pasti sulit ya bagi Wakamiya.

" Maksudnya ? "

Karena bingung Wakamiya memiringkan kepalanya. Gerakan imutnya itu membuat jantungku berdebar-debar.

" Maksudku, Lihat…semua orang menatap kita bukan ? Pasti sulit bagimu diperhatikan terus-terusan oleh mereka.."

"Oh itu..Iya sih,  Kadang-kadang aku ngerasa terganggu oleh mereka tapi untuk saat ini, itu bukan masalah besar.”

" Kelihatannya kamu sudah terbiasa ya"

Wakamiya sangatlah populer, tatapan dari orang-orang di sekelilingnya selalu berpusat padanya sehingga dia makin lama makin terbiasa dengan itu. 

Jika aku berada di posisi yang sama dengannya, kurasa aku akan mengasingkan diri, atau mungkin meneriaki mereka  dengan mengatakan, "Hei tatapan kalian menyeramkan!", " Jangan menatapku..!! ataupun semacamnya.

Jadi, Aku tidak sanggup membayangkan kesulitannya hingga dia bisa terbiasa seperti itu.

"Siapa bilang aku terbiasa? Disaat orang-orang membuat gosip tentangku, aku tidaklah merasa nyaman. Apalagi disaat orang-orang itu saling berbisik satu sama lain sambil menunjuk-nunjuk jarinya ke arah kita. Mana ada orang yang senang akan hal itu.”

" Iya juga, sih..."

" Namun, jika aku sedang disibukkan dengan sesuatu, secara mengejutkan aku sama sekali tidak merasa terganggu."

" Ah iya , benar banget."

Itu memang benar. Disaat aku sedang berkonsentrasi dengan sesuatu, Perhatianku pasti tidak akan teralihkan dengan hal lain sehingga Aku tidak peduli dengan keributan yang ada di sekitarku. Sama halnya dengan seorang atlet yang sedang berada di arena pertandingan.

Sebelumnya, Wakamiya pernah bilang " Aku bisa mengendalikan suasana hatiku(mood) sendiri". Itu mungkin karena kemampuannya dalam menyesuaikan konsentrasinya.

" Aku akhir-akhir ini agak banyak pikiran. Jadi aku tidak memikirkan hal lain."

" Heee~ Aku jadi penasaran apa yang menyebabkan Wakamiya jadi banyak pikiran... Hmm Kamu memikirkan donat ya ? "

"Aku nggak serakus itu ih ! sampai-sampai mikirin donat terus! T-tapi kalau donat... A-aku memang menyukainya.."

Wajah Wakamiya perlahan memerah, Perasaan malu menyelimuti wajahnya. Melihat perubahan ekspresi wajahnya itu, membuatku jadi merasa malu juga melihatnya.

" Hmm, Lalu apa yang membuatmu jadi banyak pikiran ?"

" Yang aku pikirkan saat ini adalah bagaimana cara meningkatkan nilainya Tokiwagi-san supaya jadi bagus."

" Tingkahmu sudah seperti guru saja "

" Selain itu, aku juga memikirkan bagaimana cara menyiapkan makanan dengan gizi yang seimbang, mendidik anak yang bandel, dan lain sebagainya. Masih banyak lagi hal yang harus ku pelajari."

" Hei jangan menatapku seperti itu.. "

Tatapannya terlihat tegas, tak kusangka dia begitu seantusias ini..


" Aku pernah janji ‘kan ? kalau kamu bisa mengandalkanku"

" Iya sih, tapi..apa kamu yakin? "

" Tentu saja"

" Kamu tidak perlu terlalu memaksakan diri untuk memenuhi janjimu..Aku ini sulit untuk bisa belajar dengan baik, dan ku rasa apa yang kamu lakukan itu tidak ada gunanya karena aku tidak mampu melakukan sesuatu yang tidak bisa ku lakukan"

" Tidak, Aku harus menepati janjiku. Lihat saja, akan ku tunjukkan kalau aku bisa melakukannya.."

Dengan penuh motivasi Wakamiya mengepalkan tangannya di atas dadanya

" Pokoknya, kamu jangan terlalu memaksakan diri. Aku juga akan berusaha supaya bisa berubah dan tidak menjadi murid yang bandel walaupun cuma usaha sekedarnya."

" Fufu"

"…Apanya yang lucu? "

" Tadi pas Tokiwagi-san bilang kamu Cuma berusaha sekedarnya itu menurutku lucu..

" Hah ? "

" Tokiwagi-san, Kamu itu terlalu meremehkan dirimu sendiri, padahal kamu selalu mengerjakan tugas yang ku berikan. Kamu juga berusaha untuk memahami apa yang telah kamu tulis di buku catatanmu. Jadi ku rasa kerja keras dan usahamu itu tak lagi disebut dengan Sekedarnya’.

" Berisik..bagiku itu semua cuma sekedarnya."

" Fufu, kurasa kita harus mempertahankannya.."

Aku membuang muka dan melihat para siswa lain dari luar jendela berjalan menuju gedung sekolah. Selain itu, diantara mereka ada yang berlarian dengan terburu-buru. Sepertinya sudah hampir waktunya kelas akan dimulai..

" Kalau begitu, sudah saatnya kita kembali ke kelas"

Terkejut. Wakamiya dengan spontan melihat jam tangannya. Lalu kemudian dia menghela nafas.

" Haah~, sudah waktunya ya,"

" Iya.."

" Apa boleh buat, kalau begitu aku masuk kelas dulu ya. Oh iya Tokiwagi-san, selama pelajaran kamu jangan sampai tertidur ya.."

" Iya iya aku tahu kok, nah, sampai jumpa." (Towa)        

“Baiklah, aku permisi dulu." (Rin)

Wakamiya membungkuk sopan dan mulai bergegas ke kelasnya. Aku pun juga langsung masuk ke kelas tanpa melihatnya pergi dari kejauhan. Begitu aku masuk, entah kenapa  para siswa di kelasku tiba-tiba jadi hening semua. Sepertinya mereka semua mengintipku ketika mengobrol dengan Wakamiya tadi. Selain itu, teman kampretku duduk di kursiku sambil menyeringai seolah-olah dia sudah menungguku.



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama