Ore no Ie ni Nazeka Gakuen no Megami-sama ga Iribitatte Iru ken Chapter 22 Bahasa Indonesia.

 


CHAPTER 22

 

Pada pagi hari yang cerah terdengar suara  kicauan nyaring dari burung-burung.
"Hohohoho-hohoho" begitulah bunyinya. 

Terdengar mirip sekali dengan kicauan burung perkutut. 

Kuarahkan pandanganku keluar jendela, terlihat bintang-bintang yang sebelumnya bersinar perlahan mulai memudar. 

Aku kemudian berjalan ke kamar mandi sembari mengosok-gosok mataku yang masih mengantuk dan lelah akibat belajar semalam. Setibanya di kamar mandi aku memperbaiki rambutku yang berantakan dan menatanya tanpa banyak berpikir.

                                       

"Fwaah...". (Menguap)

Hari ini aku terbangun dari tidur tanpa menunggu telepon dari Si nona Dewi itu. Aku agak merasa kecewa. Namun, di sisi lain aku juga merasa lega, karena aku tidak lagi tertekan dengan teleponnya yang menyebalkan itu.

"Dan juga ini semua berkat bantuan Wakamiya-san."

 

Ku lihat bayangan wajahku di dalam cermin dan mencubiti pipi kananku . Sebelumnya, aku memang tidak sempat menyadarinya hingga Kenichi memberitahuku. Dia mungkin  benar, kulitku terlihat lebih baik dari yang sebelumnya. Setidaknya sekarang aku tidak tampak seperti ikan mati yang dia katakan pada waktu itu.

 

" Kemarin, ada banyak hal yang terjadi ya..."

 

Segala sesuatu berubah dengan sangat cepat. Rasanya kemarin adalah hari yang terberat di hidupku. Aku merasa sangat lelah, namun di sisi lain aku merasa senang. Pada saat yang sama tubuhku menjadi terasa tidak enak, sehingga membuatku merasa tidak nyaman. Mungkin itu sebabnya aku tidak bisa tidur dengan nyenyak hingga akhirnya aku jadi bangun pagi-pagi sekali.

 

" Aku benar-benar sangat berterima kasih kepadanya."


Lalu aku mengambil baju kemejaku yang sudah dilipat dan tersusun rapi di dalam lemari. Bajuku tidak terlihat berantakan lagi seperti sebelumnya, tentu saja Wakamiya lah yang melakukannya. Bagaimana caraku membalasnya ya? dengan memberinya donat mungkin? Tidak tidak, dia itu seseorang yang melakukan sesuatu tanpa pamrih. Jadi  dia tidak akan mau menerimanya. Entahlah, aku tidak bisa memikirkannya.

 

Bzzuut ...bzzzuut ...bzzuut (Getar hp)

Saat aku sedang sibuk memikirkannya, ponselku yang berada di atas meja bergetar. Di layarnya tertulis "Si Nona Dewi". Sebelum aku mengangkatnya, aku melihat ke arah jam terlebih dahulu..

 

" Jadi sekarang saatnya ya.."

 

Dia selalu membangunkanku dengan tepat waktu bahkan tak ketinggalan satu menit pun. Dia bagaikan sebuah robot yang sangat canggih seolah-seolah sudah disetel kapan waktunya untuk membangunkanku.

" Selamat pagi.."

" Selamat pagi Tokiwagi-san."

Suaranya jelas dan nada suaranya datar seperti biasa.

" Kamu tepat waktu seperti biasa ya"

" Oh iya, dong aku ini orang yang selalu memegang janjinya."

" Wow hebat!.."

" Oh iya, tidak biasanya Tokiwagi-san bangun duluan. Tumben sekali. Apa terjadi sesuatu? "

" Bagaimana ya.., kadang aku juga ingin bangun sendiri sebelum kamu membangunkanku."

" Hooo~" Jawab Wakamiya dengan nada suara terkesan, selain itu aku mendengar suara tepuk tangan dari dalam ponselku. Wakamiya sepertinya terkesan mendengarnya.

" Aku adalah tipe orang yang melakukan sesuatu jika  benar-benar harus dilakukan."

" Fufu. Syukurlah, aku jadi senang mendengarnya. Tapi, aku jadi merasa sedih."

" Maksudnya? "

" Karena tugasku untuk membangunkanmu sudah tidak ada, maka hal-hal yang membuatku senang jadi berkurang."

 " Hal-hal yang membuatmu senang? Ehh? "

Aku tidak mengerti kenapa dia senang membangunkanku. Namun yang jelas dia memang sudah kehilangan sesuatu yang sangat ingin dia lakukan.

"Hari ini aku bangun lebih cepat karena tidak sengaja, jadi.. yaa.. kamu bisa membangunkanku lagi seperti biasa, kok"

" Serahkan itu kepadaku, aku akan membangunkanmu.."

Seperti biasa, suaranya datar tanpa intonasi. tapi, aku bisa merasakan sedikit kegembiraan hatinya di sana.

" Kamu sudah sarapan belum? "

" Belum "

" Ohh begitu, kalau kamu mau, kita sarapan bareng yuk? ".

Meskipun aku tidak berhadapan langsung dengannya, tetap saja ini membuatku merasa malu.

"Oke, boleh-boleh.." jawabku sembari mengaruk-garuk pipi"

" Baiklah, aku akan kesana dalam 30 menit ".

" Oke ".

 

***

 

Setelah kami selesai sarapan, ku perhatikan Wakamiya yang sedang mencuci piring di dapur. 

Kakinya yang ramping itu terlihat sangat indah dan menawan. Kurasa aku bisa menyebutnya dengan "Kaki yang suci". 

Aku tidak mengerti bagaimana bisa dia mempunyai bentuk tubuh yang sangat sempurna seperti itu? Jika dia mengaku kalau dirinya model, aku pasti akan sangat mempercayai ucapannya.

 

" Maaf menunggu lama, yuk sekarang kita berangkat ke sekolah..."

" Oke..., Oh ya, kalau kita cuma berjalan kaki, waktunya tidak akan cukup, nanti kita bisa saja terlambat."

Waktu sudah menunjukkan pukul 7.00. Kita akan terlambat jika hanya dengan berjalan kaki saja. Selain itu, aku juga tidak tega membiarkan seorang gadis berjalan kaki hingga sejauh itu.

" Tenang saja, hari ini aku bawa sepeda."

 " Eh? Benarkah? Kamu benar-benar siap ya."

Seorang Dewi sosial ke sekolah dengan  bersepeda? Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika dia mengendari sepedanya. Dia mungkin terlihat seperti di dalam cerita 'Pied Piper of Hamelin' yang mana orang-orang di kota akan tersihir olehnya.

" Iya, dong. Jadi kalau misalkan Tokiwagi-san kabur, aku bisa mengejarnya."

" Tidak, kok. Aku gak akan kabur. Memangnya kamu menganggapku orang seperti apa, sih?! "

" Sesorang yang mengabaikanku di parkiran sepeda padahal aku memanggilnya. Bahkanm dia hanya lewat saja di depanku tanpa memperdulikanku. Apa itu sudah cukup? "

" Ah… baiklah, maafkan aku." Dengan rendah hati aku meminta maaf padanya.

Rupanya dia menaruh dendam padaku. Aku bahkan rela bersujud minta maaf jika dia memintanya.

" Jangan lakukan lagi ya. Jika kamu melakukannya… aku akan melakukan yang kemarin di depan semua orang. Lihat saja"

" Ya ampun, yang benar saja.."

Aku menghela nafas sembari melemaskan bahuku. Jika dia benar-benar melakukannya, tentunya aku akan dibenci oleh pria-pria yang ada di sekitarku.

"Tapi Wakamiya, kalau pakai sepeda bukankah itu agak sulit? "

" Kenapa? Aku bisa mengendarainya, kok."

" Bukan, bukan itu.."

" Terus apa? "

" Ayolah, kamu kan cewek. Ituu…rok mu..mengerti 'kan maksudku? "

Aku mengalihkan pandanganku dari Wakamiya yang menatap wajahku. 

" Fufu", tawa Wakamiya.

" Tidak apa-apa, kok. Tenang saja "

" Benarkah? "

" Iya, kamu ingin memastikannya? "

" Haaa?! " 

Segera setelah menyelesaikan kata-katanya, tanpa merasa ragu Wakamiya mengangkat sedikit roknya . Aku dengan sigap menutupi wajahku dengan kedua telapak tanganku. Meski begitu, secara diam-diam Aku juga mengintipnya dari celah-celah jariku, dan yang kulihat adalah...

 




" Celana short biru.."

" Tepat sekali. Memangnya kenapa ? "

" Hahaha.."


Luar biasa nona Dewi ini. Segala sesuatu sudah dipersiapkan dengan matang termasuk Zettai ryōiki nya (Area Surgawi :v). 

Aku merasa lega namun di sisi lain aku juga merasa kecewa.

 



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama