Ore no Ie ni Nazeka Gakuen no Megami-sama ga Iribitatte Iru ken Chapter 25 Bahasa Indonesia.

 




Chapter 25: Mencari Tahu Tanggal Ulang Tahunnya.



Pusing…

Rasanya benar-benar pusing…

Ku arahkan pandanganku pada seorang gadis cantik yang saat ini sedang sibuk mengerjakan pekerjaan rumah. 

Terlihat rambut panjangnya yang halus itu diikatnya ke belakang.

Mungkin inilah yang disebut dengan model rambut "Ekor kuda"

Selain itu, tengkuk lehernya nan indah seakan membuatku jadi lupa akan segala-segalanya. Namun, aku masih bisa untuk berpikir jernih.

Hari ini aku libur kerja, jadi aku langsung saja pulang ke rumah. Wakamiya juga mengikutiku pulang seolah-olah itu adalah hal biasa baginya.

Sekarang aku aku tak berniat lagi kabur darinya. Sehingga, aku tak peduli jika dia mengikuti pulang.

Entahlah, sulit sekali rasanya bagi orang-orang untuk memahami perasaan kita.

Setelah itu, sesampainya dirumah.......

“ Hari ini, kamu harus belajar dengan rajin..”

Lalu dia membersihkan kamar, mencuci pakaian dan juga memasak makanan.

Jujur saja aku sangat berterima kasih padanya.


Namun, terlepas dari semua itu, saat ini aku sedang disibukkan dengan mengerjakan soal-soal latihan. 

Aku dituntut harus terus belajar. Namun, pena yang saat ini ku genggam tak dapat lagi kugerakkan.

Karena tingkahku terlihat aneh, Wakamiya mendatangiku dan memperhatikan wajahku.

“ Tokiwagi-san, kamu kok ngelamun? Apa ada masalah? “

“ Eh? iya.... aku agak ngerasa capek soalnya aku ini jarang belajar, sih. Jadi kepalaku agak kelelahan..”

Alasan itu dengan spontan saja keluar dari mulutku. Tapi itu memang benar, saat ini aku merasa lelah, jadi aku tidak bohong.

Namun, aku sebenernya tidak mengkhawatirkan itu.

" Padahal baru belajar sebentar, lho. tapi ya.. apa boleh buat, kamu boleh istirahat dulu sebentar. Tunggu, ya. Aku mau buatkan teh.."

“ Oke, sankyu..”

Aku menarik nafas dalam-dalam dan meregangkan punggungku.

Sekarang, apa yang harus ku lakukan? Aku senang Kenichi memberiku nasehat saat di sekolah tadi. Tapi…...

Aku tidak tahu kapan Wakamiya berulang tahun......!!!

Padahal itu adalah hal yang terpenting.....!!

Saat aku menanyakannya pada Kenichi, dia malah jawab begini. 

“Aku gak tau, Kau harus cari tau sendiri” jawabnya sambil menyeringai.

Dilihat dari gelagatnya, aku yakin dia sudah tahu. 

Tapi, yang sangat aku sesalkan itu adalah…

Kenapa dia tidak mau memberitahukannya kepadaku !!??

Apa boleh buat..

Untuk saat ini, aku memikirkan tiga cara untuk mengetahui kapan dia berulang tahun.....

1. Dengan menanyakan langsung padanya. “ Wakamiya, kapan ulang tahun mu?“

2. Dengan memeriksa kartu identitasnya, seperti kartu asuransi, KTP dan lain-lain

3. Dengan melihat kartu pelajar, atau buku pegangan siswa miliknya, karena semua siswa pasti memiliknya.

Sekilas, ketiga cara ini tampak mudah dilakukan. Namun, untuk cara yang pertama adalah langkah terakhir yang bisa ku lakukan jika cara lainnya gagal.

Sayangnya, jika kita menggunakan cara yang pertama, dia nanti akan menyadari kalau aku memberinya hadiah. 

Kalau sudah seperti itu, kemungkinan besar dia akan menyuruhku supaya tidak repot-repot memberinya hadiah.

Maka dari itu, yang harus kulakukan adalah....

Dengan mencarinya secara diam-diam tanpa diketahui olehnya. Sehingga, aku bisa memberinya hadiah.

Aku harus menyelesaikan dua cara lainnya, dan memastikan Wakamiya tidak mengetahui niatku. 

Jadi untuk cara yang pertama tidak bisa digunakan..

“ Aduhh, sepertinya ini mustahil…” gumamku sambil sambil menundukkan kepalaku di atas meja.

Harusnya aku tanyakan saja pada Kenichi bagaimana cara yang ampuh untuk mengetahui tanggal ulang tahunnya.

“ Apa ada pertanyaan yang gak bisa kamu jawab? “

Sontak aku terkejut mendengar suara Wakamiya yang ada di belakangku. Karena bingung Wakamiya memiringkan kepalanya dan 
menaruh teh yang sudah ia seduh di atas mejaku. 

Aku pun langsung mengambil makanan yang ada di atas meja dan memakannya.

“ Sepertinya begitu, Tapi aku bisa menyelesaikannya, kok. Jadi kamu tenang, aja..”

“ Beneran? Kalau ada pertanyaan yang sulit, kamu jangan sungkan bertanya, ya..”

“ Iya, tenang aja..”

Duhh, apa yang harus ku lakukan?

Aku hanya bisa menggunakan cara yang kedua dan ketiga saja.

Namun, dengan kedua cara itu, Wakamiya mungkin tidak membawa dokumen-dokumen penting. Kalaupun ada, aku yakin dia menyimpannya di suatu tempat supaya tidak terjatuh dan tercecer jika dibawa kemanapun.

Kalau sudah begini, yang harus ku lakukan adalah dengan melihat buku pegangan siswa miliknya.

Kurasa dia sekarang membawanya. Namun memintanya untuk menunjukkannya kepadaku sepertinya sulit.

Aku ragu jika dia dengan santai mau menunjukkannya, sebab pada buku itu terdapat pas foto. 

Biasanya pas foto untuk dokumen-dokumen penting tidak terlihat begitu bagus.

Aku juga tidak mau orang lain melihat ekspresi wajahku yang terlihat serius di foto jika ada yang memintanya. Selain itu, wajahku juga terlihat menyeramkan dengan mata setengah terbuka. Sialnya lagi fotoku itu akan terus terpampang dibuku itu.

“ Sudah kuduga, kamu terlihat aneh..”

“ Uwaaa?!?!? “

Aku terkejut saat Wakamiya tiba-tiba sudah ada didepanku, karena panik kakiku sampai membentur meja dengan keras. Sakit sekali rasanya

“ Waa.! Kamu gak apa-apa? Maaf ya aku jadi bikin kaget..”

Wakamiya mendekatiku dan menatapku dengan perasaan cemas. Rasa sakit pada benjolan lututku seirama dengan detak jatungku yang berdegup kencang. Tubuhku juga terasa panas.

“ T-tidak, aku tidak apa-apa, kok. Aku tadi itu sedang ngelamun, makanya aku jadi kaget”

“Kamu kenapa? Kalau ada masalah cerita aja...”

Seraya menatapku, dia meletakkan tangannya di atas punggung tanganku supaya aku bisa tenang.

Pada tatapan matanya itu seolah-olah ingin mengatakan....

 “Aku gak akan melepaskannya sampai kamu mau bicara..

Haa, aku benar-benar lemah dengan tatapan matanya tersebut.

Aku menghela nafas dan tersenyum pahit.

“ Sebenarnya gak terlalu penting, sih. Tapi apa kamu mau mendengarnya? “

“ Tentu saja aku mau, ayo cerita aja..”

“ Aku nggak tau gimana cara menjelaskannya, tapi intinya, aku itu sadar kalau aku nggak tau apa-apa..”

“ Nggak tau tentang apa ? “

“ Tentang belajar dan hubungan pribadiku. Terutama yang terakhir. Ada banyak hal yang tidak ku ketahui tentang Kenichi, padahal aku sering mengobrol dengannya. Di saat aku memikirkan itu, akhirnya aku sadar, kalau aku gak tau apa-apa tentangnya apalagi dengan orang-orang di kelasku.”

“ Ooh jadi kamu mengkhawatirkan itu? “

“ Iya, gak penting banget kan? “

Aku kemudian menghela nafas dan menatap langit-langit.
 

Mendengar ucapanku barusan, Wakamiya tersenyum lembut.

“ Enggak, kok. Menurutku itu penting.”

“ Benarkah? “

“ Tokiwagi-san, kamu sekarang menyadari sesuatu yang tidak kamu ketahui sebelumnya kan? Menurutku itu adalah sebuah kemajuan.."

“ Sebuah kemajuan ? “

“ Betul, jika kamu gak sadar dengan kesalahanmu, maka kamu gak akan pernah berpikir untuk merubahnya. Jadi, saat kamu sadar kalau itu adalah kesalahanmu artinya kamu memberi ruang untuk mengintrospeksi diri.”

“ Begitu ya? “

“ Nah, saat kamu sadar akan ketidaktahuanmu itu membuatmu jadi berpikir” Aku harus begini..” atau “ Aku harus tahu lebih banyak lagi tentang hal lain..” sehingga pikiran yang semacam itulah yang membuat dirimu jadi berkembang.”

“Jadi itu adalah hal yang bagus, ya..”

“ Iyaa.. coba kamu lihat ini..”

Tanpa diduga, Wakamiya mengeluarkan buku pegangan siswa miliknya dari dalam tasnya, hal itu membuatku jadi terkejut dan tidak berhenti bertanya-tanya.

Apa dia tahu kalau aku sebenarnya menginginkan bukunya tersebut?

“ Pepatah mengatakan, perjalanan dengan ribuan mill dimulai dari satu langkah. Sekarang, coba kamu lihat buku ini. Tapi, lihatnya sebentar aja ya.., aku gak mau kamu ngeliatin fotoku lama-lama..”

“ Iya, tapi kenapa harus buku ini ?”

“ Loh, kenapa tidak ? Aku ingin kamu berlatih mengingat nama seseorang dari wajahnya.”

“ Oh gitu, baiklah-baiklah..” jawabku dengan penuh semangat dengan mengangguk-anggukkan kepalaku, mungkin itu terlihat agak berlebihan.

“ Fufu, Tokiwagi-san, kamu kelihatannya kurang pandai mengingat nama seseorang..”

“ Ya, gitulah. Aku aja cuma mengenal setengah orang-orang di kelasku..”

“ Kamu tahu namaku ..? “

“ Kalau Wakamiya mah aku tahu, Umm, namamu Rin kan? “

Aku sebenarnya merasa malu menyebutkan nama depannya .

“ Jreng-jreng, kamu benar. Oh iya kanjinya seperti yang tertulis di buku ini ya. Banyak yang salah membedakan kanji凜(Rin) dengan 凛 (Rin) namaku . jadi tolong diingat ya..”

“ Jadi karena itu kamu memperlihatkanku buku ini..”

Oh begitu…

Jadi tujuannya agar aku bisa mengingat nama dan kanjinya Wakamiya.

“ Kalau nama Wakamiya mah aku udah tahu dari dulu, karna kamu sering datang membantuku, sih..” ucapku sambil melihat buku yang dia berikan.

Hal pertama yang kulihat adalah pas fotonya. Tak ku sangka fotonya terlihat bagus di sini, luar biasa.

Baiklah, tanggal ultahnya adalah…

"Eh..."

Begitu aku melihatnya, aku hampir saja secara tidak sengaja mengeluarkan suara terkejut.


Apa ini ?!

Apa-apaain ini !? 

Dia tidak mengisi tanggal lahirnya !!

Pada buku ini terdapat lembaran biodata beserta foto wajahnya, tapi dia tidak mengisi tanggal lahirnya. Kukira Wakamiya mengisinya, karena dia itu kan selalu serius menanggapi sesuatu.

“ Ada apa? “

“ Gak ada apa-apa, kok..”

Aku membolak-balikkan lagi halaman bukunya untuk melihat petunjuk lain di dalamnya.

Kemudian aku menemukan sebuah tanggal yang sudah dilingkari pada halaman kalender.

“ Ini tanggal apa? “

“ Oh, itu tanggal ultahnya Kotone-chan,,”

“ Heee, Kukira itu tanggal ultahnya Wakamiya..”

“ Bukan..”

“ Terus kalau kamu kapan? “

Entah bagaimana, aku spontan saja menanyakan itu padanya.

Aku kemudian berpura-pura untuk terlihat tenang padahal saat ini jantungku berdebar kencang.

Wakamiya memiringkan kepalanya dan menunjukkanku sebuah tanggal-

" Hmm, Pada tanggal ini"

“ Oh, oke..” jawabku singkat.

Kemudian untuk menyamarkan niatku itu, aku membolak-balikkan lagi halaman bukunya secara acak,

" Hee~, kamu menulis banyak hal ya.." ucapku basa-basi untuk mengalihkan topik.

Sesaat aku pandangi lagi foto yang ada di bukunya ini, kulihat fotonya ini seolah-olah ingin mengatakan sesuatu padaku seperti “Hayoo, kamu mau ngpain.” 

Karena membayangkan itu, Aku pun tak kuasa menahan senyum pahit begitu melihat fotonya.

Berbeda dari yang ku bayangkan pada fotonya, Wakamiya yang asli malah menunduk dengan pipinya yang sudah memerah. Selain itu bahunya terlihat bergetar.

“ Wakamiya-san? Kamu kenapa? “

“ Tolong…(samar-samar) ”

Biasanya ketika aku mengobrol dengannya, suaranya selalu jelas dan bisa ku dengar, tapi sekarang suaranya kecil sekali seperti suara nyamuk. Aku bahkan tidak bisa mendengarnya.

“ Umm? Apa ? aku gak dengar…”

“ Tolong jangan lama-lama menatap fotoku..!! “

Wakamiya dengan cepat merebut kembali bukunya yang ada di tanganku dan langsung memasukkannya ke dalam tasnya..

“ Mooo~” Sambung Wakamiya sambil menggembunggkan pipinya.

“ Tokiwagi-san jahat..”

“ Eh, maaf –maaf…”

Sebagai gantinya, aku memperlihatkan buku pegangan siswa milikku pada Wakamiya, dia juga melihat fotoku dengan mata setengah terbuka yang sebelumnya tidak ingin kuperlihatkan pada siapapun.

Pada akhirnya setelah menemui banyak rintangan. Namun, aku berhasil mendapatkan informasi yang selama ini ku cari-cari meskipun aku harus memperlihatkan sejarah kelamku yang sudah ku tulis pada bukuku itu.

Mau bagaimana lagi, mungkin inilah yang disebut dengan “jika kita ingin mendapatkan sesuatu, maka kita harus mengorbankan sesuatu juga..”


 

 

 

 

 

 


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama