CHAPTER 2 :
SEORANG DEWI YANG SEDANG MENUNGGU
“ Oke hari ini
gajian lagi …”Gumamku
Setelah
aku selesai kerja, aku mengganti pakaianku di ruang ganti. Aroma minyak yang
khas tercium dari badan dan pakaikanku.
Aku bekerja di salah satu restoran cepat saji. Gajinya tidak cukup tinggi. Namun, mudah bagi siswa SMA dipekerjakan di tempat ini.
Selain itu, aku beruntung mendapatkan pekerjaan di sini. Sebab, aku tak perlu repot-repot untuk interview kerja lagi di tempat lain.
“Oke
saatnya pulang.”
Aku
memasukkan pakaianku ke dalam ransel dan pulang melalui pintu belakang.
Di saat
aku keluar dan membuka pintu,
Aku tidak disambut dengan pemandangan biasa seperti sebelumnya.
Sebaliknya, aku disambut dengan pemandangan
yang begitu indah..
Karena, yang ada di hadapanku adalah..
“ Aku sudah menunggumu Tokiwagi-san..”
“………”
Tepat setelah membuka pintu. Aku tak dapat mempercayai apa yang ada di hadapanku.Aku pun sontak tercengang, diam dan membeku.
Ini mirip seperti seorang penggemar
yang setia menunggu idolanya keluar dari belakang panggung.
Mendengar ucapannya tersebut, aku yakin dia memang sedang menungguku. Jujur saja, aku ingin mengatakan padanya“ Apa yang kau lakukan di sini” Namun, aku tak mampu.
Tak kusangka, selama aku hidup baru kali ini ada seseorang yang mau menungguku. Kukira, hal ini tidak akan pernah terjadi di kehidupanku.
Selain itu, cukup mengangetkan juga. Sebab, seseorang tiba-tiba saja muncul
di hadapanku saat membuka pintu.
“Hmm…Kamu Tokiwagi-san ‘kan? Yang
dari Kelas 1D.”
“Maaf Anda salah orang, Permisi
sebentar, aku mau lewat..”
Meskipun faktanya aku terkejut dia mengetahui namaku. Namun, aku tidak menunjukkan reaksi apa-apa dan mencoba berjalan melewatinya.
“ Tak semudah itu..”
Dia meraih lenganku….
Dilihat dari sorot matanya yang indah,
Aku merasakan keinginannya yang kuat untuk tidak melepaskanku.
Apa boleh buat….
Aku menghela nafas dan berbalik ke
arahnya…
“Jadi,kamu sudah mau mendengarkanku…?
“
“Kamu kayaknya gak mau membiarkanku pergi, sih..”
“ Nah, gitu, dong. Aku senang kamu
ngerti.”
“ Trus, apa maumu? “
Tanggapanku tersebut mungkin terdengar tidak ramah dan terkesan blak-blakan.
Tapi, ya mau bagaimana lagi.
Aku hampir tidak bisa berdiri di
depan seorang gadis yang auranya sangat berbeda sekali denganku.
Gawat…dia benar-benar sangat manis.,kekuatan gadis populer bener-benar menakutkan.
Gawat…dia benar-benar sangat manis.
Jujur saja aku tak mampu tuk menatapnya.
“Sebelumnya, bisa beritahu dulu namamu?
Soalnya, tadi kamu salah sebut namaku. Jadi, Gak sopan ‘kan kalau aku juga
salah sebut namamu.”
“Kalau gitu, kamu duluan.” Jawab
Wakamiya dengan nada suaranya yang datar seperti yang kulakukan ditempat kerja.
“ Tanaka Tarou..’
Tentu saja itu bukan namaku yang
sebenarnya. Tapi,untuk apa dia menemuiku?
Aku sampai merinding saat
memikirkannya.
Apa jangan-jangan kentang yang
kuberikan kemarin tidak enak? Sehingga dia ingin mengeluhkannya kepadaku?
Atau mungkin saat aku menatapnnya,
dia menganggapnya sebagai sebuah pelecehan?
Aku hanya bisa memikirkan hal-hal
semacam itu..
Tapi, jika keduanya benar.
Maka tamatlah riwayatku.
Aku hanya bisa memikirkan hal-hal seperti itu. Tapi pada akhirnya kalau memang begitu yang dia rasakan, pastinya akan bedampak buruk bagiku nantinya.
“ Kamu bohong ya..”
Dia dengan mudahnya menyimpulkan
bahwa namaku tersebut adalah nama palsu.
Ah, mungkin lain kali aku harus lebih
jago lagi dalam memilih nama samaran.
“ Enak saja bilang bohong, dasar tidak sopan..’
“ Ingatanku itu kuat loh, aku bisa mengingat semua murid baru yang hadir pada saat upacara masuk sekolah.”
“..Eh, Kamu juga mengingkatku pada waktu itu ? “
“ Eeee..? Kamu mampu mengingatnya
pada saat itu ?’
Wakamiya memang berkesempatan naik ke
atas panggung dan berpidato sebagai perwakilan para siswa baru. Jadi, dia bisa melihat semua
anak kelas 1 dari atas panggung.
Kalau dipikir-pikir, nona dewi ini
bener-benar luar biasa.
“ Iya, aku senang sekali memiliki kesempatan untuk bertemu dan melihat semua orang dari atas panggung. Meski begitu kadang aku juga bisa salah dalam mengenali orang , jadi untuk berjaga-jaga aku memeriksanya langsung, dan ternyata aku nggak salah orang”
“ Ohh Tidak...tidak, kamu beneran salah orang, aku juga tidak mengenalmu”
Aku mengalihkan pandanganku, aku tidak bisa berbohong kalau aku menatap matanya yang indah itu, meski begitu kelihatannya dia tahu kalau aku berbohong.
Aku bisa merasakannya.
" Orang yang mengatakan "pada waktu itu" tadi pastinya adalah siswa kelas satu yang ikut upacara Penerimaan siswa baru dan tahu bahwa aku yang naik ke atas panggung"
“Eh... ”
“Selain itu jika kamu bilang tidak mengenali wajahku dan hanya tau namaku saja Itu memang bisa saja terjadi dengan melihat nama yang ditempelkan selama upacara penerimaan siswa baru. tapi itu tidak masuk akal buktinya tadi kamu bilang “pada waktu itu" berarti kamu hadir dan sudah tau, dong kalau aku yang naik ke atas panggung ? dan tentu saja kamu mengenalku "
“Iya iya baiklah, aku tadi kecepolsan"
"Fufu. benar kan Tokiwagi-san?"
“ Iya, Aku Tokiwagi Towa, dari Kelas D untuk selamanya”
Aku mengangkat tanganku seperti orang sudah yang menyerah, aku merasa benar-benar telah dikalahkan.
“ Kelas D untuk selamanya ? Tokiwagi memang berada di kelas D, tapi dengan mengatakan “untuk selamanya” bukankah itu aneh ? setiap tahun kan kelas kita dirombak lagi”
“Oh, itu cuma kiasan saja kok nona Dewi”
“Oh begitu... Oh iya, sebelum itu, Aku tidak suka dipanggil dengan sebutan “dewi”. Jika kamu ingin memanggilku, panggil namaku saja’
“Ah, maaf Wakamiya-san..”
Namun, orang-orang yang memanggilnya dengan sebutan “dewi” itu tidak bisa dihindarkan. Secara alami sebutan itu akan keluar dari mulut semua orang karena betapa sempurnanya dia. Faktanya ia bisa melakukan apa saja dan menjadi bahan perbincangan orang-orang. Bagaimana bisa aku harus memanggilnya selain sebutan “dewi” ?
“Memang bener, sih, beberapa orang disekitarku memanggilku dengan julukan seperti itu, tapi diriku yang sekarang adalah hasil usahaku sendiri. tidak ada yang bisa kita dapatkan tanpa adanya kerja keras untuk itu. Selain itu Aku sangatlah merasa puas dengan memberikan apa yang aku bisa untuk mendapatkan sesuatu yang kuinginkan. Namun, memanggilku dengan sebutan semacam itu sama saja dengan tidak menghargai kerja kerasku. Aku tidak menyukainya. ” (Rin)
“Aku mengerti” (Towa)
Kata kata yang keluar dari mulut Wakamiya sangatlah mengejutkan. ia menjawabnya dengan tegas dan rendah hati. Bahkan seseorang yang memiliki segalanya pun menyangkal bahwa mereka “tidaklah seperti itu” atau “tidak merasa pantas mendapatkan pujian yang seperti itu”.
Wakamiya dengan percaya diri menyatakan, “aku bekerja keras”, bagiku, itu adalah sesuatu yang luar biasa. Aku yakin kerja keras yang dia alami adalah sesuatu yang tidak dapat aku bayangkan. Meski begitu agak menarik dia mengatakan bahwa ia merasa puas dengan kerja kerasnya.
Aku melirik wajah Wakamiya dengan senyum masam. Wajahnya sangat cantik dan anggun. Tapi saling bertatapan seperti ini membuatku jadi malu.
“ Baik kembali ke topik utama, apa yang kamu inginkan dariku?”
“ Jujur saja…aku hanya ingin membalas budi apa yang telah kamu lakukan padaku”
Dikota yang sunyi ini, suaranya dengan jelas terdengar bergema di gang belakang itu tanpa ada orang lain yang melihat dan mendengarnya.